Sabtu, 11 Agustus 2018

Generasi Penjaga Kemerdekaan


Juma’at dini hari, 17 Agustus 1945 pukul 02.00 bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H menjelang waktu sahur tiba, terlihatlah kesibukan yang luar biasa di rumah Laksamana Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol no. 1 Jakarta.  Fajar belum jua menyapa kala para insan pelopor pendiri bangsa berjuang keras tuk merumuskan terbukanya pintu gerbang kemerdekaaan yang seluas-luasnya bagi negeri tercinta.  Golongan tua yang dipelopori oleh Bung Karno dan Bung Hatta ”dimotivasi” oleh golongan muda yang dipelopori oleh Sayuti Melik dan kawan-kawannya untuk segera menyelesaiakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada hari itu juga.
Mentari pagi belum sempat menyapa. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi rasa haru biru setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk menyerukan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seantero dunia.
Pagi itu tonggak sejarah kemerdekaan negeri ini menggema ke menembus langit nusantara Mengantarkan seluruh warganya bersuka cita dan berbangga serta bersimpuh syukur atas Ridho-Nya kemerdekaan bangsa ini akhirnya diraih jua. Teriakan ”merdeka...!!”, dan gema takbir membahana terdengar lantang di seluruh pelosok negeri. Sejuta harapan mengumpul di setiap jiwa warga negara menyongsong masa depan kehidupan yang lebih baik, dan terhindar dari penjajah yang penuh angkara murka.
Sahabat muda..., demikian sepenggal kisah sakral detik-detik kemerdekaan Indonesia 73 tahun silam. Perjuangan dan pengorbanan jiwa raga akhirnya memetik hasil yang dicita-citakan, yaitu tercapainya Indonesia merdeka setelah 3,5 abad lamanya dijajah. Dalam setiap catatan perjuangan peranan pemuda amatlah besar. Kaum mudalah yang memupuk kesadaran akan pentingnya kemerdekaan dari penjajah. Merekalah yang jadi pelopor berdirinya gerakan-gerakan kebangkitan. Dan mereka pula yang mendominasi perjuangan mengangkat senjata menantang sang penjajah. Bukan hanya itu, kaum muda juga menjadi kekuatan bangsa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Karena setelah Indonesia merdeka tanatangan muncul baik dari luar maupun dari dalam negeri. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh salah satu tokoh pergerakaan di dunia Islam modern, ”Sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan Pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikroh, pemuda adalah pengibar panji-panjinya”
Sahabatku..., ketahuilah selain gigih berjuang dalam meraih kemerdekaan, para pahlawan juga memiliki hubungan yang kuat dengan rabb-Nya, Allah SWT. Ini tergambar dari perjuangan mereka yang tidak lepas dari spirit keimanan. Gema kalimat takbir menjadi senjata tambahan tuk memompa semangat juang.  Perpaduan antara semangat juang dan spirit keimanan ini tertuang secara resmi dalam pembukaan UUD 45 alinea ketiga yang berbunyi: ” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kawan.., hasil jerih payah pahlawan serta amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT berupa kemerdekaan ini harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai tanpa sadar kita telah melalaikan amanah ini. Jangan sampai hanya sekedar gembira, bersuka-cita dengan lomba-lomba yang ceria pada peringatan HUT RI tiap tahunnya.  Karena itu hanyalah  bagian kecil saja dalam memaknai  kemerdekaan serta menghargai jasa dan tumpahan darah pahlawan untuk menggapainya. Jangan sampai kata-kata merdeka tinggal terucap di lisan tanpa makna sehingga spirit kemerdekaan 1945 hanya menyisakan catatan sejarah belaka. Yuk.., kita kuatkan tekad dalam menjaga anugrah kemerdekaan dengan berbagai cara, diantaranya:

1.    Maknai dalam-dalam arti Kemerdekaan.
Makna sesungguhnya kemerdekaan adalah telah lepasnya bangsa kita dari penjajah baik secara fisik maupun non fisik dari bangsa lain. Secara fisik berarti tidak lagi bercokol para penjajah di bumi nusantara. Secara non fisik pemikiran, budaya, gaya hidup bangsa kita tidak terjajah oleh pengaruh asing yang tidak bersesuaian dengan budaya kita. Selain itu tidak tergantungnya bangsa kita terhadap bangsa lain dalam menentukan kehidupan dan nasibnya sendiri. Sekarang ini mungkin tidak ada penjajah yang  berada di bumi Indonesia. Akan tetapi, budaya, pemikiran, serta gaya hidup kita bisa saja telah terjajah, karena merebaknya budaya barat yang jauh dari nilai asli Indonesia.

2.    Mencintai tanah air dengan sesungguhnya.
Mencintai Indonesia berarti pencurahkan perhatian dan potensi untuk kemajuan bangsa. Berbuat sekuat tenaga untuk berperan dalam mengisi kemerdekaan. Ada yang mengaku mencintai tanah air, tetapi lebih suka memakai produk buatan luar negri, serta lebih gandrung dengan budaya asing yang bertentangan dengan budaya sendiri. Ada yang mengaku paling nasionalis tetapi prilakunya merugikan negara, seperti korupsi, kelakuan yang tak bermoral dan prilaku lain yang sejenisnya.

3.    Berperan sebagai penerus, pengganti dan pembaharu.
Sebagai kaum muda kita harus siap untuk meneruskan estafet kepemimpinan negeri ini. Pemuda juga harus siap karena akan tiba saatnya kaum muda tampil menjadi pemimpin menggantikan para pemimpin yang akan udzur masanya. Selain itu, kaum muda juga harus mampu melakukan pembaharuan-pembaharuan agar tercapainya kehidupan berbangsa yang lebih baik di masa yang akan datang. Dengan demikian kita akan benar-benar menjaga kemerdekaan negeri ini dengan sebaik-baiknya.

Sahabatku para pemuda.., hari ini 73 tahun sudah negeri ini merdeka. Perjalanan demi perjalanan telah terlewati, tidak selamanya jalan itu mulus dilalui tapi kadang halang rintang juga menghampiri. Ke depan perjalanan ini masih amat panjang tentunya dan kalianlah yang akan menahkodai perjalanan negeri ini selanjutnya. Sebagaimana kalimat bijak berkata ”Pemuda hari ini.., adalah pemimpin esok hari”. Kalianlah para pewaris negeri, dimana harapan telah terpatri pada pundak kalian. Jiwa-jiwa yang memiliki tekad membahana, tuk wujudkan mimpi memajukan negeri.
Pemuda adalah generasi penerus estafet kepemimpinan. Di tangan pemudalah nasib masa depan negeri ini bergantung. Jika generasi muda memilki spiritualitas keimanan yang tinggi maka negeri ini akan tetap dalam keberkahan. Jika para pemudanya berpegang teguh pada kebenaran, ke depan negeri ini akan tetap dalam kebaikan. Jika para pemuda memiliki kepribadian yang tangguh, negeri ini akan menjadi negeri yang tangguh pula di masa datang. Jika pemudanya memiliki kematangan jiwa dan intelektualitas, maka negeri ini akan memiliki tokoh-tokoh pemimpin yang unggul dan handal.
Tapi bila sebaliknya, jika para generasi muda hidup dalam ketidakpastian, suka hura-hura, dan berfoya-foya, wah bisa kebayang begitu beratnya keadaan negeri ini kedepan. Bisa jadi negeri ini akan menjadi negeri yang terombang-ambing dalam ketidakpastian pula. Jika generasi mudanya lebay, maka negeri ini akan jadi negeri yang lemah dan gampang mengeluh. Jika pemudanya hidup dalam kungkungan kemakasiatan, seperti minuman keras, terjerat narkoba dan perbuatan dosa lainnya, sudah pasti negeri ini akan jauh dari keberkahan dan siap-siap menghadapi ancaman kehancuran.
Wahai para pemuda..., engkaulah pewaris negeri sejati. Di pundakmulah beban nasib bangsa ini kedepan akan dipikul. Di tanganmulah perjalanan masa depan negeri ini akan dikendalikan. Sungguh banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat karya-karya besar yang harus kalian tunaikan. Kalian harus berpikir panjang, banyak berkarya, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan amanah ini dengan penuh tekad yang kuat. Oleh karena itu, ada beberapa modal yang harus kalian pegang erat-erat.

Keimanan di hatimu adalah modal terhebat
Ada golongan orang di negeri ini yang benar-benar tak mau mengerti kaitannya keimanan dengan perjuangan kemerdekaan. Mereka bahkan menolak unsur-unsur spiritual dikaitkan dengan urusan mengurus negeri. Ketidaktahuan inilah yang pernah diperingatkan  oleh Bung Karno dalam wasiatnya. Wasiat tersebut terkenal dengan istilah JAS MERAH, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Kita perlu membuka kembali sejarah dengan sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Diakui atau tidak, perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah banyak didasari karena faktor kemuliaan sebagai bangsa yang beriman. Kobaran semangat perlawanan sering terinspirasi oleh jihad fii sabilillah membebaskan negeri dari kaum kafir yang menindas dan menjajah. Banyak bukti-bukti sejarah yang telah tercatat dengan tinta emas negeri ini. Kumandang takbir ”Allohu Akbar ...! menjadi senjata pemompa perjuangan. Lihatlah panglima besar Jendral Soedirman, bapak dari cikal bakal kekuatan militer di negeri ini, beliau selalu memompa semangat pasukannya dengan pekikan takbir. Tak jarang pula beliau mengulang-ulang Qur’an surat Ash-Shaf ayat 10-12 yang kemudian diterjemahkannya sendiri: ‘Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan kepada suatu perniagaan yang akan menyelamatkanmu dari siksa yang pedih. Yaitu, kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu…”.
Dengarkanlah kembali rekaman hiruk pikuk perlawanan arek-arek Surabaya, yang dikomandoi oleh Bung Tomo. Dengarkanlah.., disana kita akan menemukan kalimat laa ilaha illallah dan pekikan ”Allohu Akbar” menggema seantero Surabaya. Belum lagi kalau kita membuka sejarah perjuangan Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegero, Fatahillah, dan lain-lain semuanya benar-benar didasarkan oleh faktor keimanan. Tapi kenapa buku sejarah yang terbit di sekolah-sekolah jarang mengungkap sisi spiritual ini. Jawabannya wallahua’lam bishawab.
Wahai Sahabatku para pemuda..., keimanan yang tertancap di hatimu akan menjadikan mu pewaris negeri sejati. Kamu akan memilki hubungan yang kuat dengan Rabbnya, hubungan inilah yang menjadi sumber energi yang tiada henti. Selain itu keimanan yang tertanam di dadamu juga akan menumbuhkan rasa cinta. Rasa cinta untuk menjadi pribadi yang hebat dan bermanfaat. Rasa cinta untuk dapat berguna bagi masyarakat. Serta rasa cinta memikul tanggungjawab sebagai calon pemimpin masa depan negeri ini.

Potensi Jiwa Ragamu yang kuat
Generasi muda adalah mereka yang memiliki potensi jiwa dan raga yang sedang memuncak. Potensi ini jika digunakan dalam jalan kebaikan akan benar-benar bermanfaat. Tetapi jika potensi ini dilampiaskan untuk bermaksiat negeri ini benar-benar dalam kondisi gawat darurat. Oleh karena itu wahai para pemuda, ayo gunakan setiap potensimu untuk berkarya, berkarya dan berkaya. Dari tekad untuk bekarya ini akan melahirkan kerja-kerja hebat untuk bangsa ini. Karena susunggunya bekerja untuk kebaikan Indonesia adalah Ibadah. Berkhitmat untuk rakayat, juga Ibadah.

Kebersamaanmu yang erat
Generasi muda memiliki kecenderungan memiliki keakraban dalam berkomunikasi dan berkumpul. Ini adalah suatu hal yang amat menarik jika keakraban dalam kebersamaan ini diarahkan untuk berjuang bersama mengisi dan melanjutkan kemerdekaan. Dengan demikian jika para generasi mudanya bersatu padu agar masa depan negeri ini makmur dan maju, maka akan melahirkan keharmonian gerak langkah menuju Indonesia yang lebih cerah.

Demikian sahabat sekalian, mari kita syukuri anugrah kemerdekaan ini dengan bertekad untuk selalu berbuat yang bermanfaat untuk diri, keluaga, masyarakat bangsa dan negara.

Wallahua’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo Saling Belajar