Juma’at dini hari, 17 Agustus 1945 pukul 02.00 bertepatan
dengan 9 Ramadhan 1364 H menjelang waktu sahur tiba, terlihatlah kesibukan yang
luar biasa di rumah Laksamana Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol no. 1
Jakarta. Fajar belum jua menyapa kala para
insan pelopor pendiri bangsa berjuang keras tuk merumuskan terbukanya pintu gerbang
kemerdekaaan yang seluas-luasnya bagi negeri tercinta. Golongan tua yang dipelopori oleh Bung Karno
dan Bung Hatta ”dimotivasi” oleh golongan muda yang dipelopori oleh Sayuti
Melik dan kawan-kawannya untuk segera menyelesaiakan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada hari itu juga.
Mentari pagi belum sempat menyapa. Para pemimpin bangsa
dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi rasa
haru biru setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat
untuk menyerukan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Ir. Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat
berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita,
untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seantero dunia.
Pagi itu tonggak sejarah kemerdekaan negeri ini menggema
ke menembus langit nusantara Mengantarkan seluruh warganya bersuka cita dan
berbangga serta bersimpuh syukur atas Ridho-Nya kemerdekaan bangsa ini akhirnya
diraih jua. Teriakan ”merdeka...!!”, dan gema takbir membahana terdengar
lantang di seluruh pelosok negeri. Sejuta harapan mengumpul di setiap jiwa
warga negara menyongsong masa depan kehidupan yang lebih baik, dan terhindar
dari penjajah yang penuh angkara murka.
Sahabat muda..., demikian sepenggal kisah sakral
detik-detik kemerdekaan Indonesia 73 tahun silam. Perjuangan dan pengorbanan
jiwa raga akhirnya memetik hasil yang dicita-citakan, yaitu tercapainya
Indonesia merdeka setelah 3,5 abad lamanya dijajah. Dalam setiap catatan
perjuangan peranan pemuda amatlah besar. Kaum mudalah yang memupuk kesadaran
akan pentingnya kemerdekaan dari penjajah. Merekalah yang jadi pelopor
berdirinya gerakan-gerakan kebangkitan. Dan mereka pula yang mendominasi
perjuangan mengangkat senjata menantang sang penjajah. Bukan hanya itu, kaum
muda juga menjadi kekuatan bangsa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Karena setelah Indonesia merdeka tanatangan muncul baik dari luar maupun dari dalam
negeri. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh salah satu tokoh
pergerakaan di dunia Islam modern, ”Sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan
Pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikroh, pemuda adalah
pengibar panji-panjinya”
Sahabatku..., ketahuilah selain gigih berjuang dalam
meraih kemerdekaan, para pahlawan juga memiliki hubungan yang kuat dengan
rabb-Nya, Allah SWT. Ini tergambar dari perjuangan mereka yang tidak lepas dari
spirit keimanan. Gema kalimat takbir menjadi senjata tambahan tuk memompa
semangat juang. Perpaduan antara
semangat juang dan spirit keimanan ini tertuang secara resmi dalam pembukaan UUD 45 alinea ketiga yang berbunyi: ”
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kawan..,
hasil jerih payah pahlawan serta amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT
berupa kemerdekaan ini harus kita jaga dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai
tanpa sadar kita telah melalaikan amanah ini. Jangan sampai hanya sekedar
gembira, bersuka-cita dengan lomba-lomba yang ceria pada peringatan HUT RI tiap
tahunnya. Karena itu hanyalah bagian kecil saja dalam memaknai kemerdekaan serta menghargai jasa dan tumpahan
darah pahlawan untuk menggapainya. Jangan sampai kata-kata merdeka tinggal
terucap di lisan tanpa makna sehingga spirit kemerdekaan 1945 hanya menyisakan
catatan sejarah belaka. Yuk.., kita kuatkan tekad dalam menjaga anugrah
kemerdekaan dengan berbagai cara, diantaranya:
1.
Maknai dalam-dalam arti Kemerdekaan.
Makna
sesungguhnya kemerdekaan adalah telah lepasnya bangsa kita dari penjajah baik
secara fisik maupun non fisik dari bangsa lain. Secara fisik berarti tidak lagi
bercokol para penjajah di bumi nusantara. Secara non fisik pemikiran, budaya,
gaya hidup bangsa kita tidak terjajah oleh pengaruh asing yang tidak
bersesuaian dengan budaya kita. Selain itu tidak tergantungnya bangsa kita terhadap
bangsa lain dalam menentukan kehidupan dan nasibnya sendiri. Sekarang ini
mungkin tidak ada penjajah yang berada
di bumi Indonesia. Akan tetapi, budaya, pemikiran, serta gaya hidup kita bisa
saja telah terjajah, karena merebaknya budaya barat yang jauh dari nilai asli
Indonesia.
2.
Mencintai tanah air dengan sesungguhnya.
Mencintai
Indonesia berarti pencurahkan perhatian dan potensi untuk kemajuan bangsa.
Berbuat sekuat tenaga untuk berperan dalam mengisi kemerdekaan. Ada yang
mengaku mencintai tanah air, tetapi lebih suka memakai produk buatan luar
negri, serta lebih gandrung dengan budaya asing yang bertentangan dengan budaya
sendiri. Ada yang mengaku paling nasionalis tetapi prilakunya merugikan negara,
seperti korupsi, kelakuan yang tak bermoral dan prilaku lain yang sejenisnya.
3.
Berperan sebagai penerus, pengganti dan pembaharu.
Sebagai
kaum muda kita harus siap untuk meneruskan estafet kepemimpinan negeri ini. Pemuda
juga harus siap karena akan tiba saatnya kaum muda tampil menjadi pemimpin menggantikan
para pemimpin yang akan udzur masanya. Selain itu, kaum muda juga harus mampu
melakukan pembaharuan-pembaharuan agar tercapainya kehidupan berbangsa yang
lebih baik di masa yang akan datang. Dengan demikian kita akan benar-benar
menjaga kemerdekaan negeri ini dengan sebaik-baiknya.
Sahabatku para pemuda.., hari ini 73
tahun sudah negeri ini merdeka. Perjalanan demi perjalanan telah terlewati,
tidak selamanya jalan itu mulus dilalui tapi kadang halang rintang juga
menghampiri. Ke depan perjalanan ini masih amat panjang tentunya dan kalianlah
yang akan menahkodai perjalanan negeri ini selanjutnya. Sebagaimana kalimat
bijak berkata ”Pemuda hari ini.., adalah pemimpin esok hari”. Kalianlah para
pewaris negeri, dimana harapan telah terpatri pada pundak kalian. Jiwa-jiwa
yang memiliki tekad membahana, tuk wujudkan mimpi memajukan negeri.
Pemuda adalah generasi penerus
estafet kepemimpinan. Di tangan pemudalah nasib masa depan negeri ini
bergantung. Jika generasi muda memilki spiritualitas keimanan yang tinggi maka
negeri ini akan tetap dalam keberkahan. Jika para pemudanya berpegang teguh
pada kebenaran, ke depan negeri ini akan tetap dalam kebaikan. Jika para pemuda
memiliki kepribadian yang tangguh, negeri ini akan menjadi negeri yang tangguh
pula di masa datang. Jika pemudanya memiliki kematangan jiwa dan
intelektualitas, maka negeri ini akan memiliki tokoh-tokoh pemimpin yang unggul
dan handal.
Tapi bila sebaliknya, jika para
generasi muda hidup dalam ketidakpastian, suka hura-hura, dan berfoya-foya, wah
bisa kebayang begitu beratnya keadaan negeri ini kedepan. Bisa jadi negeri ini
akan menjadi negeri yang terombang-ambing dalam ketidakpastian pula. Jika
generasi mudanya lebay, maka negeri ini akan jadi negeri yang lemah dan
gampang mengeluh. Jika pemudanya hidup dalam kungkungan kemakasiatan, seperti
minuman keras, terjerat narkoba dan perbuatan dosa lainnya, sudah pasti negeri
ini akan jauh dari keberkahan dan siap-siap menghadapi ancaman kehancuran.
Wahai para pemuda..., engkaulah
pewaris negeri sejati. Di pundakmulah beban nasib bangsa ini kedepan akan
dipikul. Di tanganmulah perjalanan masa depan negeri ini akan dikendalikan. Sungguh
banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat karya-karya
besar yang harus kalian tunaikan. Kalian harus berpikir panjang, banyak
berkarya, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah
kalian mampu menunaikan amanah ini dengan penuh tekad yang kuat. Oleh karena
itu, ada beberapa modal yang harus kalian pegang erat-erat.
Keimanan
di hatimu adalah modal terhebat
Ada golongan orang di negeri ini
yang benar-benar tak mau mengerti kaitannya keimanan dengan perjuangan
kemerdekaan. Mereka bahkan menolak unsur-unsur spiritual dikaitkan dengan
urusan mengurus negeri. Ketidaktahuan inilah yang pernah diperingatkan oleh Bung Karno dalam wasiatnya. Wasiat
tersebut terkenal dengan istilah JAS MERAH, jangan sekali-sekali
melupakan sejarah. Kita perlu membuka kembali sejarah dengan
sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Diakui atau tidak, perjuangan bangsa
Indonesia melawan penjajah banyak didasari karena faktor kemuliaan sebagai
bangsa yang beriman. Kobaran semangat perlawanan sering terinspirasi oleh jihad
fii sabilillah membebaskan negeri dari kaum kafir yang menindas dan
menjajah. Banyak bukti-bukti sejarah yang telah tercatat dengan tinta emas
negeri ini. Kumandang takbir ”Allohu Akbar ...! menjadi senjata pemompa
perjuangan. Lihatlah panglima besar Jendral Soedirman, bapak dari cikal bakal
kekuatan militer di negeri ini, beliau selalu memompa semangat pasukannya
dengan pekikan takbir. Tak jarang pula beliau mengulang-ulang Qur’an surat Ash-Shaf
ayat 10-12 yang kemudian diterjemahkannya sendiri: ‘Hai orang-orang yang
beriman, maukah kamu Aku tunjukkan kepada suatu perniagaan yang akan
menyelamatkanmu dari siksa yang pedih. Yaitu, kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu…”.
Dengarkanlah kembali rekaman hiruk
pikuk perlawanan arek-arek Surabaya, yang dikomandoi oleh Bung Tomo.
Dengarkanlah.., disana kita akan menemukan kalimat laa ilaha illallah
dan pekikan ”Allohu Akbar” menggema seantero Surabaya. Belum lagi kalau
kita membuka sejarah perjuangan Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran
Diponegero, Fatahillah, dan lain-lain semuanya benar-benar didasarkan oleh
faktor keimanan. Tapi kenapa buku sejarah yang terbit di sekolah-sekolah jarang
mengungkap sisi spiritual ini. Jawabannya wallahua’lam bishawab.
Wahai Sahabatku para pemuda...,
keimanan yang tertancap di hatimu akan menjadikan mu pewaris negeri sejati.
Kamu akan memilki hubungan yang kuat dengan Rabbnya, hubungan inilah
yang menjadi sumber energi yang tiada henti. Selain itu keimanan yang tertanam di
dadamu juga akan menumbuhkan rasa cinta. Rasa cinta untuk menjadi pribadi yang
hebat dan bermanfaat. Rasa cinta untuk dapat berguna bagi masyarakat. Serta
rasa cinta memikul tanggungjawab sebagai calon pemimpin masa depan negeri ini.
Potensi
Jiwa Ragamu yang kuat
Generasi muda adalah mereka yang
memiliki potensi jiwa dan raga yang sedang memuncak. Potensi ini jika digunakan
dalam jalan kebaikan akan benar-benar bermanfaat. Tetapi jika potensi ini
dilampiaskan untuk bermaksiat negeri ini benar-benar dalam kondisi gawat
darurat. Oleh karena itu wahai para pemuda, ayo gunakan setiap potensimu untuk
berkarya, berkarya dan berkaya. Dari tekad untuk bekarya ini akan melahirkan
kerja-kerja hebat untuk bangsa ini. Karena susunggunya bekerja untuk kebaikan Indonesia
adalah Ibadah. Berkhitmat untuk rakayat, juga Ibadah.
Kebersamaanmu
yang erat
Generasi muda memiliki kecenderungan memiliki keakraban
dalam berkomunikasi dan berkumpul. Ini adalah suatu hal yang amat menarik jika
keakraban dalam kebersamaan ini diarahkan untuk berjuang bersama mengisi dan
melanjutkan kemerdekaan. Dengan demikian jika para generasi mudanya bersatu
padu agar masa depan negeri ini makmur dan maju, maka akan melahirkan
keharmonian gerak langkah menuju Indonesia yang lebih cerah.
Demikian sahabat sekalian, mari kita syukuri anugrah
kemerdekaan ini dengan bertekad untuk selalu berbuat yang bermanfaat untuk
diri, keluaga, masyarakat bangsa dan negara.
Wallahua’lam
bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo Saling Belajar