Sabtu, 28 November 2020

"BALADA PAK KEPALA" (Cerpen Motivasi Jiwa)

Pagi begitu cerah berseri, birunya langit menampakan jelas raut cerianya. Mentari sudah tampil gagah menyapa, menghangatkan bumi yang belum lama tertidur dalam dekapan sunyi. Sisa guyuran hujan semalam mulai nampak pudar.  Genangan air yang tadinya seolah terdiam diatas tanah lembek halaman sekolah, mulai perlahan surut. Sebagian terbang menguap terbawa irama hangat sang surya, sebagiannya lagi meninggalkan permukaan memasuki pori-pori mungil mengikuti tarian gravitasi.

Perkenalkan, namaku Budi. Sudah setahun diamanahi menjadi kepala, di sekolah ini. Sekolah baru, yang berdiri di tengah persawahan. Berjarak 100 meter dari jalan raya antar kota. Ada 14 siswa di angkatan pertama dan 20 siswa di angkatan keduanya sekarang ini. Kami memiliki 4 orang guru, yang salah satunya merangkap sebagai pegawai administrasi.  Baru satu bulan ini dengan penuh perjuangan seluruh elemen, kami mendapatkan ijin operasional dari Dinas Pendidikan. Jadi selama setahun lebih nyaris tak ada aktivitas kedinasan yang kami ikuti.

Waktu menunjukan pukul 08.35, aku tersentak dari lamunan di pojok ruang kerja yang belum rampung dibangun. Duduk di samping bongkahan kayu dan lembaran triplek yang belum sempat terpasang. Maklum, bangunan sekolah kami memang masih semi permanen. Triplek merupakan bahan paling dominan sebagai dinding pelindung. Sekolah “mewah”, mepet sawah yang dibangun dengan keyakinan membuncah, menyingkirkan bayang semu dan keluh kesah. Sekolah baru yang diramu oleh guru-guru yang terus berusaha menutupi perasaan galau dan ragu.

Adalah SMS dari Pak Abu yang membuyarkan lamunanku di ruang kerja itu. Pak Abu ini kepala di sekolah swasta panutan kami, yang telah hadir empat tahun terlebih dulu. Kami banyak belajar darinya dan dari sekolah yang ia pimpin. SMS yang masuk di HP Siemen C45 keluaran awal tahun 2000an itu berbunyi, “Pak, ada rapat MKKS jam 8 pagi ini di SMP Negeri 99”. Ini yang membuatku tersentak..,  ini benar-benar undangan kedinasan yang pertama bagiku. Walau sepertinya susulan dan tak resmi, sudah terlambat dan hanya lewat SMS dari salah satu teman dekat, bernama Pak Abu.

Rabu pertengahan November 2011. Inilah hari yang bersejarah, walau aku tak bisa mengusir sepenuhnya rasa gundah. Gundah bagaimana harus bersikap, bagaimana harus berbuat di hadapan para senior Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP se-kota ini. Apalagi sudah bisa dipastikan aku akan datang terlambat. Belum lagi masih hangat di angan-angan, kata pak Rahmad, salah seorang pengurus yayasan kami tiga hari yang lalu, “munculnya sekolah baru memang kadang dianggap kompetitor oleh mereka yang telah lama berdiri”

Seketika ku hempaskan rasa gundah itu. Ku melaju cukup kencang dengan motor perjuangan Supra-X biru keluaran tahun 99. Walaupun aku tahu, kecepatan mentok motor ini mungkin tak lebih dari 70 km/jam. Ya mungkin.., karena ketika melaju sekencang apapun aku tak pernah melihat jarum speedo bergerak, selalu terdiam, ogah meninggalkan angka nol. Ini motor perjuangan.., yang ku beli di tahun 2008 dari hasil banting keringat sendiri. Setelah 2 tahun bekerja mengajar di sekolah yang lama, di pinggir ibu kota di tengah provinsi pulau Jawa.

Sebenarnya kalau dilihat usianya, motor ini tak tua-tua amat. Tapi karena budget untuk perawatan yang selalu kalah prioritas dengan kebutuhan lainnya, membuatnya jarang sekali terawat. Muncul beberapa fitur baru yang membuat motor ini makin “unik”.  Ada lantunan “jangkrik”, “krik…krik..krik..” di seputaran sokbeker roda belakang. Sementara di bagian bawah kenalpot muncul tiga lobang kecil, menimbulkan sensasi menggelegar, seperti suara motor versi “bobokan”. Mungkin ini yang membuat seorang rekan guru, bu Dewi Mumtaza pernah bergurau, “Bapak.., masih jauh di jalan raya depan sana suara motornya udah absen duluan sampai ke sekolah, loh pak...”

Pukul 08.55, dengan tergopoh-gopoh akhirnya aku memasuki gerbang tempat pertemuan yang diinfokan oleh pak Abu lewat SMSnya. Sebuah sekolah yang cukup megah, sepertinya luas tanahnya lebih dari 8.000 meter persegi. Ada 24 ruang kelas, itu artinya setiap angkatan ada 8 rombel. Fasilitasnya sangat lengkap, ruang gurunya luas, ada lab computer, perpustakaan, area lapang yang memadai dan masih banyak fasilitas lainnya.

Ku majukan motor menuju tempat parkir, walau persaan canggung seolah tak henti mengikuti dari depan gerbang sana. Aku cukup bingung mencari dimana area parkir motor berada. Karena sebagian besar area telah terpenuhi oleh mobil-mobil yang berbaris rapi bagaikan shaff jamaah yang sedang menunggu kumandang iqomah.  Separuhnya kelihatnya mobil Avanza, ada yang Inova, ada juga tipe sedan dan ada beberapa mobil lain yang sangat familiar ku lihat melaju di jalanan.

Dalam bingungku itu, seorang berbadan tegap, mengenakan atasan putih dan bawahan biru gelap menghampiriku. “Mau kemana mas..!!?”, tanyanya tegas. “Eh.., mau.., mau ketemu para kepala sekolah bapak”, jawabku agak terbata karena sedikit kaget dengan lantangnya nada pertanyan yang ku dengar. Lalu Si bapak mengajakku menepi, meninggalkan Supra biruku nampang di belakang para mobil yang berbaris rapi.

“Gini mas..!!”, sepertinya Si Bapak ini mau bicara cukup serius denganku. “Kalo masnya mau ketemu dengan kepala sekolah itu.., mas harus janjian dulu. Gak bisa seenaknya.., sewaktu-waktu.., semaunya sendiri” tambahnya dengan nada introgasi. “Kepala sekolah itu orang penting.., orang sibuk. Apalagi sekarang beliau sedang rapat, saya sarankan masnya pulang saja dulu, nanti bisa telpon ke nomor kantor minta janjian untuk ketemuan”, ia menambahkan lagi.

Aku agak tersentak, dengan desiran kalimat senada yang terus mengalir lugas dari lisan Si Bapak. Maklum.., hari ini sudah kubayangkan sebagai rapat kedinasan perdana yang seharusnya cukup bersejarah, bisa bersilaurahmi dengan para senior sekaligus mengenalkan sekolahku pada yang lainnya. Sudah infonya terlambat, datang juga pastinya terlambat, ternyata masih ada juga rintangan yang menghadang.

Aku mulai mengerti, kenapa si bapak berkata-kata dengan nada introgasi. Ya bisa jadi, bapak ini menganggap ku seorang sales yang akan menawarkan produk yang akan dijajakan. Mungkin.., atau malah bisa jadi bapak ini mengiraku seorang yang kerjaannya mencari sumbangan dari satu kantor ke kantor yang lainnya. Motor yang butut, pakaian yang nampak sedikit kusut, sepatu lusuh yang sudah tak patut dan rambut pun acak-acakan masih semrawut. Belum lagi melihat tampangku, seorang anak muda berusia dua tuju yang polos dan lugu. Ya bisa jadi.., ini yang menjadi persepsi si bapak pada diriku.

Sebenarnya ku hendak menjelaskan secara gamblang maskud dan tujuanku datang. Tapi kata-kata si bapak yang terus mengalir deras bagaikan hujan badai tujuh hari tujuh malam, seolah tak memberikan kesempatan padaku untuk bicara. Baru setelah si bapak menurunkan amplitudo dan frekuensi gelombang suaranya, ku coba membela. “Maaf bapak, saya kesini ini  dalam rangka mengukuti pertemuan MKKS, tapi memang saya orang baru, ini yang perdana dan maaf sudah terlambat”

Mendengar penjelasankanku, si bapak akhirnya luluh, mempersilahkan ku masuk dan menunjukan dimana sebenarnya area parkir motor berada. Sepanjang perjalanan dari tempat parkir ke aula pertemuan, hatiku bergemuruh. Jiwa mudaku bergetar kencang. Atas perlakuan yang barusan ku alami. Batinku berorasi kepada diri, “Demi Allah.., sekolah ini akan ku kalahkan!!”.  Aku amat sadar dengan apa yang berkecamuk di batin ini, sebuah motivasi yang bergelora sebagai respon atas apa yang ku alami. Walau ku paham, sekolah kami sekarang jika dibandingkan dengan sekolah ini memang bagaikan bumi dan langit dari segala sisi.

***************

Sabtu, 1 Juni 2013., ku memasuki aula Dinas Pendidikan dengan kepala tegap dan dengan keyakinan mantap. Hari ini adalah hari penyerahan pengumuman UN SMP oleh Dinas Pendidikan kepada seluruh SMP/ MTs di kota kami. Pak Sunar, kepala dinas memaparkan pengantar tentang pelaksanaan UN 2013 yang Alhamdulillah berjalan dengan lancar, nyaris tanpa kendala.

Tiba saatnya yang dinanti-nanti. Pak Aman, Kasi SMP maju memegang mik, kemudian menampilkan sebuah slide statistik capaian UN SMP Klaten tahun 2013. Beliau menyampaikan, “Ada sekolah yang baru petama UN di tahun 2013 ini, langsung menyodok ke peringkat 5 besar”. Masya Allah.., aku bersyukur  dalam luapan keharuan. Sekolah kami masuk peringkat 5 dari 130 SMP/ MTs di kota ini. UN pertama, angkatan pertama “Laskar Pat belas”. Terimakasih ya Allah, atas karunia indah ini.

 Lalu dimana peringkat sekolah Si bapak yang dulu mencegatku?. Ternyata mereka ada di peringkat ke 28. Bukan itu saja, selama dua tahun berjalan dari peristiwa itu, kami sudah banyak melakukan leading. Diantaranya di OSN Matematika SMP kami peringkat pertama di kota ini, dan mewakili kota ini di tingkat provinsi, di MTQ dan beberapa kompetisi resmi lainnya kami tampil lebih baik dari sekolah itu. Alhamdulillah yaa Rabb***

Karya  : Wasis Pambudi, S.Pd., M.Pd.
U
nit     : SMAIT Hidayah Klaten
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo Saling Belajar